Pesawat Merpati (jetphotos.net)
Senin, 01 November 2010 : Indonesia akan melayani rute penerbangan berjadwal dari Denpasar menuju Dili sebanyak 14 kali dalam seminggu. Maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines dan maskapai Batavia Air ditunjuk untuk melayani rute tersebut.
Merpati Airlines sudah terlebih dahulu melayani tujuh kali penerbangan charter dalam seminggu dari Denpasar menuju Dili dengan menggunakan pesawat Boeing 737 seri 300 berkapasitas 138 kursi. "Sekarang kan sudah menjadi reguler flight, nanti kami akan buat menjadi 10 kali penerbangan," ujar Tonny Aulia Achmad, Executive Vice President Commercial Merpati usai penandatanganan MoU Indonesia dan Timor Leste Bidang Transportasi Udara.
Harga tiket untuk rute Denpasar-Dili pulang pergi US$ 348 per penumpang. Menurut Tonny, rute Denpasar-Dili tingkat keterisian kursi (load factor) rata-rata mencapai 85 persen dimana sebesar 60 persennya adalah penumpang bisnis. "85 persen itu baik berangkat ataupun kembali. Bahkan kalau weekend load factornya bisa 100 persen."
Dia menambahkan, nantinya Merpati akan membuka rute baru dari Kupang menuju Dili sebanyak 2 kali perjalanan dalam seminggu menggunakan pesawat MA 60 yang memiliki kapasitas 50 kursi. "Direncanakan sebelum Natal sudah bisa jalan. Karena kalau naik bis bisa sampai 12 jam, sedangkan dengan pesawat 50 menit sudah sampai. Harga lebih murahlah," ungkapnya.
Sementara itu, Batavia Air sedang dalam proses mengurus perizinan untuk rute penerbangan Denpasar-Dili yang direncanakan bisa mulai beroperasi pada Desember 2010 ini dengan menggunakan pesawat Airbus A319 berkapasitas 144 kursi.
"Saat ini perizinannya sedang kami urus dari Kementerian Perhubungan dan otoritas penerbangan Timor Leste," jelas Hasudungan Pandiangan, Direktur Niaga Batavia Air. Harga tiket Batavia dipastikan lebih murah ketimbang Merpati Airlines.
Batavia Air, kata Hasudungan, akan membidik empat segmen penumpang yaitu siswa, pelaku bisnis, keluarga serta wisatawan. "Di sana pasarnya tumbuh dan masih ada market yang belum kami kelola," ujarnya.
Tiga Peraih Danamon Award 2010 Terfavorit Diumumkan
Rabu, 03 November 2010 : Panitia Danamon Award 2010 hari ini mengumumkan tiga peraih Danamon Award 2010 yang menjadi favorit masyarakat berdasarkan dukungan publik. Terpilih sebagai favorit pertama adalah Erwan, pendiri Asbun FM, sang Komunikator Nasionalis yang giat membuka akses komunikasi radio di pedalaman Kalimantan Tengah. Meraih posisi favorit kedua dan ketiga adalah Dian Syarif, Ketua Syamsi Dhuha Foundation, Bandung, yang konsisten melakukan edukasi seputar penyakit Lupus, serta Kiswanti, sang Pahlawan Pustaka dari Bogor yang menularkan semangat cinta membaca di lingkungannya.
Ketiganya dipilih sebagai favorit masyarakat melalui website Danamon Award 2010 www.danamonaward.org dan pesan singkat sejak awal September hingga akhir Oktober 2010 lalu. "Malam ini, semangat kita dikuatkan kembali oleh putra-putri terbaik bangsa yang pantang menyerah, bertindak untuk mengatasi kesulitan hidup dan menolong sesamanya," kata Jos Luhukay, Wakil Direktur Utama Danamon. "Kesepuluh Peraih Danamon Award bukan hanya berkarya bagi dirinya, tapi juga menginspirasi jutaan rakyat Indonesia untuk bangkit dan berjuang mengatasi tantangan hidup," lanjutnya.
Danamon Award dan panel juri yang independen berpandangan bahwa semua peraih Danamon Award 2010 adalah pemenang. "Mereka telah menang dalam mengatasi berbagai tantangan; baik dalam hal budaya, ekonomi, sosial dan lainnya, berbekal semangat untuk mengatakan bahwa segala permasalahan 'Bisa' diatasi," jelas Zsa Zsa Yusharyahya, Ketua Panitia Pelaksana Danamon Award 2010.
Ekspor Gula Merah ke Jepang Merosot 50 Persen
Rabu, 03 November 2010 : Eksportir gula merah di Kabupaten Kediri mengalami penurunan permintaan hingga 50 persen. Selain karena cuaca ekstrim yang menurunkan rendemen tebu, penyebab lainnya adalah membanjirnya produk lain ke negara tujuan.
Achmad Rubai, satu-satunya eksportir gula merah ke negeri Jepang mengaku mengalami penurunan permintaan yang cukup besar sejak enam bulan terakhir.
Sebelumnya dia mampu melakukan pengiriman sebanyak 244,8 ton dalam setengah tahun, kali ini hanya 122,4 ton. “Tiba-tiba saja permintaan mereka menurun,” kata Rubai.
Sejak tahun 1995, usaha pembuatan gula merah yang dilakukan Rubai di Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, menjadi satu-satunya eksportir ke negara Jepang.
Berbeda dengan gula merah untuk pasar lokal, gula merah buatan Rubai berbentuk segi empat dengan berat 30 kilogram. Gula tersebut dikemas dalam karton dengan merek dagang Kokuta dan dipatok dengan harga Rp 7.000 per kilogram. Di negeri Sakura, gula tersebut diolah sebagai bahan pembuatan syrup, cuka, dan alkohol.
Selain Indonesia, produk serupa yang membanjiri pasar Jepang adalah Bolivia, Cina, Korea, Brazil, dan India. “Mereka juga berebut pasar yang sama hingga permintaan dari Indonesia menurun,” ujar Rubai.
Musim hujan yang berkepanjangan memicu rendahnya rendemen gula. Hal ini secara langsung berdampak pada kualitas gula yang diproduksi Rubai, menyusul turut melambungnya biaya produksi.
Permintaan Air Minum Kemasan Naik 12% Per Tahun
Kamis, 04 November 2010 : Permintaan air minum dalam kemasan di Indonesia rata-rata naik 10-12% per tahun. Tahun 2010 ini saja diperkirakan permintaan air minum kemasan tembus 14,5 miliar liter atau melampaui tahun 2009 lalu yang hanya 13 miliar liter. "Kenaikan ini karena kebutuhan, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai kebutuhan air minum yang baik dan praktis," kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Hendro Baroeno di kantor kementerian perindustrian, Jakarta.
Hendro mengatakan pasar air minum dalam kemasan di Indonesia masih akan sangat tumbuh. Pasalnya, tingkat konsumsi minuman dalam kemasan masyarakat Indonesia per kapita per tahun hanya 62 liter jauh dibawah negara tetangga seperti Thailand yang mencapai 100 liter per kapita per tahun.
Menurutnya dari kapasitas terpasang industi minuman dalam kemasan yang mencapai 15 miliar liter per tahun, ditopang oleh 500 pabrik minuman dalam kemasan. Dimana dari jumlah itu sebanyak 183 pabrik merupakan anggota Aspadin. "Yang masih menjadi leader pasar Aqua dengan 45%, sisanya 55% yang lainnya," katanya.
Menurutnya permintaan air minum dalam kemasan di Indonesia termasuk yang paling besar dibandingkan dengan negara-negara di Amerika maupun Eropa. Namun di Asia, khususnya China, pasar air minum kemasan sangat tinggi.
Dikatakannya dengan potensi pasar yang masih sangat besar, air minum kemasan masih bisa tumbuh terus meski persaingan tak dapat dielakan dan terisinya semua segmen pasar. Walaupun faktor daya beli masyarakat sangat menentukan. "Soal bicara persaingan, semuanya sudah memenuhi segmen masing-masing dari atas sampai menengah bawah," katanya.
Perkembangan perusahaan air minum dalam kemasan di Indonesia relatif dinamis. Sepanjang tahun 2009-2010, Aspadin mencatat ada 10 perusahaan air minum kemasan ditutup atau diakuisisi.
BRI Siap Hapus Beban Kredit Korban Bencana
Jumat, 05 November 2010 : PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berkomitmen meringankan beban para debiturnya di daerah bencana. Bentuknya berupa penghapusan kredit, memperpanjang masa pembayaran, maupun penambahan kedit.
Direktur Utama BRI Sofyan Basir menilai dampak dari bencana yang akhir-akhir ini terjadi dapat berdampak pada perekonomian nasional yang tentunya berdampak pula pada perbankan. "Merapi dan lain-lain itu sangat meluas. Berdampak pada kehidupan perekonomian dan perbankan karena kredit-kreditnya," ujarnya.
Jika bencana yang terjadi di Merapi, Mentawai, dan Wasior dinyatakan sebagai bencana nasional, lanjut Sofyan, maka pihaknya akan memberlakukan kebijakan kredit seperti yang dilakukan terhadap korban bencana di Aceh, Padang, dan Tasikmalaya. "Kalau dinyatakan bencana nasional ya berkaca dari Aceh, Padang, Tasikmalaya akan selalu ada kemungkinan dilakukan seperti itu," jelasnya.
Restukturisasi kredit yang dapat dilakukan pada daerah bencana, jelas Sofyan, bisa berupa penghapusan, perpanjangan waktu pembayaran, maupun penambahan kredit.
Namun, Sofyan mengaku belum memastikan tindakan apa yang dapat dilakukan dalam restrukturisasi kredit di daerah bencana tersebut. Pasalnya, bencana tersebut masih berlangsung sehingga belum terhitung potensi jumlah kemacetan kreditnya.